-->

Pertanyaan Yang Sulit Dijawab Tentang Logika kepemimpinan

Daftar Isi [Tampil]
Pada kesempatan kali ini admin MAKANOMI akan membagikan kumpulan pertanyaan tentang kepemimpinan berbobot mengenai pengorganisasian dan tentang kepemmpinan pendidikan dimana pertanyaan ini sangat kritis yang diajukan oleh mahasiswa. 

Oleh karena itu soal-soal kepemimpinan dan jawabannya dapat menjadi soal uas atau uts dalam bentuk soal essay kepemimpinan pendidikan (osis & pmr) maupun Soal Pilihan Ganda dan Jawaban tentang kepemimpinan

1. Bagaimana menunjukkan ke orang lain klo kita punya jiwa kepemimpinan?

Pertanyaan ini menarik buat saya selain karena yang menanyakan adalah orang Aceh yang merantau sejauh 3132 KM ke Kota Malang, pertanyaan inipula menggambarkan fase mahasiswa yang membutuhkan pengakuan terhadap eksistensi dirinya. Pertanyaan seperti ini dapat pula menyiratkan akan pencarian jati diri seseorang.

Buat semuanya yang merasa memiliki jiwa kepemimpinan ga perlu kasih tau, ga usah kasih tau ke orang lain bila kamu memiliki jiwa kepemimpinan, selesaikanlah masalah-masalah yang ada di sekitar kamu, di kelas kamu, di kelompok KRIMA kamu, di kostan kamu karena seorang pemimpin adalah the true problem solver. Berikanlah kebermanfaatan terhadap orang-orang di kanan dan kirimu karena penilaian sejati terhadap kepemimpinan seseorang datangnya dari orang lain bukan dari diri sendiri.

Tidak perlu berharap supaya kamu dipanggil/ dianggap sebagai pemimpin. Kalo berbuat baik ke orang lain niatkan karena kamu ingin jadi orang baik bukan karena kamu ingin dipanggil atau diakui dianggap sebagai orang yang baik.

2. Bagaimana menyatukan dua pendapat yang berbeda (dalam sesi diskusi/ pengambilan keputusan)?

Pertanyaan ini menyiratkan mindset bahwa semua perbadaan harus disatukan, dileburkan (melting pot) padahal kenyataannya tidak seperti itu. Tidak semua perbedaan harus dilebur.

Saya menanyakan kepada audiens mana yang lebih wangi aroma jeruk atau melon sebagian mengacungkan jari saat saya ucapkan jeruk dan sebagian besar yang lain mengacungkan jari saat saya mengucapkan melon. Saya katakan kita tidak bisa memaksa yang merasa melon lebih wangi untuk mengiyakan jeruk yang lebih wangi dan sebaliknya, dan masalah seperti ini nda akan selesai sampai kiamat entar karena ini soal selera.

Saya tanyakan kembali ke audiens mana yang lebih wangi aroma jeruk atau bau kentut, semuanya serempak menjawab jeruk dan saat saya ganti objeknya menjadi melon semuanya serempak mengakui melon lebih wangi daripada bau kentut. Saya jelaskan bahwa yang merasa kentut baunya wangi berarti hidungnya tidak ‘fitrah’.

Saya kaitkan kembali pada pertanyaan, bila terjadi perdebatan dalam organisasi soal selera dalam mengeksekusi sebuah visi sebagaimana ‘wangi mana jeruk atau melon’ ga perlu susah-susah untuk menyatukan kedua pandangan yang berbeda bila masih sama-sama ‘wangi’, semua pihak harus menyadari bahwa dua-duanya benar, tidak memaksakan salah satu selera saja, dan mampu menghormati perbedaan pendapat yang ada. Ikuti mufakat yang ada ikuti arahan pemimpin yang ada selama arahan tersebut bukan pengakuan kentut baunya wangi.

Cara mencari dana kan bermacam-macam dalam organisasi, ada yang ngamen, jual barang bekas, jual bunga, jual gorengan, dsb. Ini masih buah yang bentuknya berbeda tetapi masih dalam frame wangi. Di sisi lain panitia kalau yang beranggotakan 127 orang misal menjadi sindikat pencuri motor di kampus di fakultas juga bisa saja kan, atau bekerjasam membobol indomaret di malam hari? sama-sama dapat dana juga kan tetapi mengapa kita tidak melakukannya? Karena hal tersebut kentut yang dibilang wangi.

3. Apakah menjadi pemimpin harus pandai berbicara?

Tentu seorang pemimpin yang berani berbicara di atas panggung, mampu menggerakkan massa, mampu memberikan penjelasan dan pengarahan yang baik, seringkali mendapatkan penilaian dari orang lain sebagai orang yang pandai berbicara. Pemikiran tersebut melahirkan logika terbalik yang tidak biasa berbicara di depan umum merasa ‘tidak pantas menjadi pemimpin’.

Saya katakan ke mahasiswa baru yang menanyakan hal tersebut bahwa lebih tepatnya bukan pandai berbicara tetapi seorang pemimpin harus pandai berkomunikasi, baik verbal maupun non verbal. Jadi tidak sebatas pandai berbicara dalam urusan komunikasi saja. Bila ukuran pemimpin dinilai hanya dari pandai berbicaranya saja maka (saya menunjuk MC yg duduk di samping) mbak viki sebagai MC tentu lebih pantas menjadi ketua panitia ketimbang kak setyo (ketua panitia).

Lebih dalam.. (tidak saya ungkapkan saat sesi dialog karena keterbatasan waktu, tapi saya tuliskan di sini) memimpin orang tidak sekedar urusan pandai berbicara, seorang pemimpin harus memiliki analisa yang baik untuk memahami permasalahan yang ada jangan sampai waktu dan effort yang dilakukan ternyata salah tempat karena gagal memahami masalah, memiliki wawasan yang luas, kreativitas, serta intuisi untuk memecahkan masalah, logika yang baik dalam merencanakan solusi/keputusan, empati yang baik terhadap keadaan sekitar sehingga solusi/keputusan tersebut applicable dapat dikerjakan/ dieksekusi di lapangan, dan komunikasi yang baik untuk membuat rekan-rekan satu tim termotivasi, menyatukan orientasi, menjadi penengah dalam gesekan, dsb.

4. Bagaimana mengatur perbandingan/proporsi/waktu organisasi dengan akademik?

Tersirat dari pertanyaan berikut terdapat dikotomi (pembedaan) antara dunia organisasi dan akademik, dalam titik ekstrem hal tersebut seringkali dipandang sebagai posisi hitam – putih atau zero sum game sebuah pilihan mau organisasi atau akademik? Sedangkan dalam pandangan saya akademik dan organisasi adalah sebuah kesatuan untuk mencapai kesuksesan perkembangan diri.

Saya menanyakan ke audiens kembali, “mohon maaf untuk maba 2017 apa bisa sebutkan mata kuliah apa saja yang diambil di semester 1 ini?” kebetulan saya menanyakan ke beberapa mahasiswa Sastra Jepang dan Pendidikan Bahasa Indonesia yang mengacungkan tangan. Beberapa suara jawaban, “Goi, Kanji, Sastra, Membaca & Menulis..”.

Saya kembali ajukan pertanyaan “Ada temen-temen di sini yang ambil mata kuliah ‘makan ati’?” Saya menangkap sekelebat rasa bingung dari raut muka audiens mahasiswa baru, lalu saya ulangi dan teruskan, “Apa temen-temen di sini menemukan di KRS (kartu rencana studi)nya mata kuliah ‘makan ati’, pengorbanan, keikhlasan, toleransi, kesabaran, ketabahan,, kedewasaan?” Mereka serempak menjawab “Ngga….“

Yups karena hal-hal seperti itu ga akan temen-temen temui di kelas (ada tapi kurang), padahal kehidupan pasca kuliah entah apa dan di mana karir anda membutuhkan hal-hal yang saya sebutkan di atas. Anda akan menemukannya di dalam organisasi, di dalam kepanitiaan, di dalam himpunan. Jadi jawaban dari Dina (penanya) adalah ambillah proporsi akademik 100% dan organisasi 100%.

5. Bagaimana introvert seperti saya dapat berorganisasi? Beradaptasi dalam dunia mahasiswa?

Tentu horror bagi seseorang yang memahami bahwa dirinya seorang introvert, merasa susah bergaul, harus masuk dalam dunia pergaulan baru yang berbeda dengan lingkungan pergaulan sebelumnya.

Bisa, sebelum Zora (nama penanya) menyatakan dirinya adalah seorang yang introvert di depan 200 sekian orang ini sebetulnya kan ga ada yang tahu apakah kamu ini orang yang introvert atau ekstrovert. Sebetulnya kesalahan yang seringkali dilakukan oleh para mahasiswa baru adalah masih membawa dirinya yang lama padahal lingkungannya sudah baru, anda sudah mahasiswa tepi masih membawa ‘diri SMA’ nya.

Saya katakan pada audiens bahwa ngga ada orang di kanan-kiri kita sekarang ini baik teman sekelompok KRIMA atau teman sekelas nanti yang tau kita ini tidurnya ngiler apa ngga, mantan kita berapa, apakah kita merokok, pecandu narkoba, dsb. Lucunya seringkali kita masih saja terpenjara dalam diri kita yang lama. Kita terbebani untuk menjadi baru.

Kita sering berdalih menggunakan kata mujarab ‘be yourself.. ‘ sebagai alasan untuk menghindari perubahan diri, mencari persetujuan atas ketidakmauan dan kemalasan saat kita menyadari seharusnya kita melakukan hal yang ga kita sukai (kasusunya berbeda-beda setiap orang) untuk mencapai kemajuan diri. Mindset salah tentang ‘be yourself’ tersirat dari seringnya kita mengatakan,, “diriku ya seperti ini..”, “aku memang bukan yg seperti itu (contoh baik)..”, dsb.

Maka untuk semuanya saat kamu berhadapan dengan kondisi yang tidak kamu sukai yang ‘memaksa’ kamu untuk berubah jangan jadikan, “be yourself” sebagai pelarian diri dan ini tidak cuma hanya zora aja, semuanya di sini harus belajar, “be your new self..” belajar untuk selalu menjadi baru dalam kebaikan. 

Lebih dalam.. dapat dipahami dari pertanyaan sebelumnya bahwa untuk menjadi pemimpin harus memiliki berbagai aspek karakter dan menariknya adalah karakteristik tersebut terdapat baik di sisi introvert juga di sisi ekstrovert sekaligus. Tidak hanya condong pada salah satu kepribadian. Pandai berkomunikasi, menyenangkan, percaya diri sebagai simbol kepribadian ekstrovert sedangkan kemampuan analisa yang baik, kemampuan mendengar yang baik, ketenangan jiwa yang baik dalam membuat keputusan adalah simbol kepribadian introvert. Semuanya dibutuhkan untuk menjadi pemimpin yang handal di dalam organisasi.


  1. pertanyaan yang berbobot untuk pemimpin
  2. pertanyaan logika tentang kepemimpinan organisasi
  3. pertanyaan tentang kepemimpinan dalam perilaku organisasi
  4. pertanyaan tentang leadership
  5. pertanyaan tentang gaya kepemimpinan
  6. contoh pertanyaan tentang kepemimpinan brainly
  7. pertanyaan tentang leadership dan manajemen
  8. pertanyaan tentang kompetensi kepemimpinan
  9. pertanyaan tentang kepemimpinan dan jawabannya
  10. pertanyaan tentang kepemimpinan dalam perilaku organisasi
  11. soal essay tentang kepemimpinan
  12. contoh pertanyaan tentang kepemimpinan brainly
  13. pertanyaan tentang kepemimpinan dalam islam
  14. pertanyaan tentang kepemimpinan di indonesia
  15. pertanyaan tentang kepemimpinan dalam perilaku organisasi brainly
  16. pertanyaan logika tentang kepemimpinan
  17. pertanyaan tentang kepemimpinan dalam perilaku organisasi osis
  18. pertanyaan tentang etika kepemimpinan
  19. soal kasus kepemimpinan
  20. pertanyaan tentang kepemimpinan yang susah
  21. soal dan jawaban manajemen kepemimpinan
  22. soal kasus kepemimpinan
  23. pertanyaan tentang teori kepemimpinan

Jadi pemimpin yang keren adalah seseorang yang memiliki keseimbangan antara sisi ekstrovert dan introvertnya, atau seorang ekstrovert yang sedang belajar untuk mendalami guanya, seorang introvert yang sedang belajar untuk keluar dari guanya.

Sumber : https://hannorafy.wordpress.com
Ditulis Oleh : M A K A N O M I
Perhatian..!!! Apabila Ada Link Download Error Di Pertanyaan Yang Sulit Dijawab Tentang Logika kepemimpinan. Mohon Kiranya Untuk Pemberitahuannya Lewat Komentar Ya Sobat.klik DISINI

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1


Iklan Tengah Artikel 2


Iklan Bawah Artikel